Senin, 31 Oktober 2011

Sang Pembangkit Kenangan

Dua minggu ini musim telah bergeser menjadi musim penghujan. Jalanan yang semula terlihat berair karena fatamorgana, sekarang tak akan menipu lagi, karena air benar-benar menggenng di sana dan sini. Di setiap sudut kota terlihat anak-anak dengan suka cita menyambut hujan dengan bertelanjang dada seakan menantang air agar mau berlomba membasahi tubuhnya.

Sering aku memikirkan kadang menuliskan juga dalam quote ku, bahwa hujan, setiap tahunnya akan selalu membawa kenangan spesifik bagi setiap orang, setiap pribadi dan setiap tempat. Dia akan membangkitkan kenangan kita dengan masa lalu, yang biasanya kita akan terkenang dan merasakan suasana harmoni kerinduan pada masa-masa itu. Namun kadang hujan juga dapat membuat kita patah arang melaksanakan mimpi kita, patah arang mewujudkan planning-planning kita. Membuat kita jadi malas menggerakkan badan kita karena sensasi dingin yang menusuk dan tentu saja jalanan yang akan becek, bahkan banjir. Namun sekali lagi, lakukanlah itu semua, lakukanlah apa yang telah kita rencnakan meskipun hujan turun mengguyur badan kita. Karena ketika kita kehilangan sang hujan dan datang sang kemarau, kemudian datang lagi sang hujan tahun depan, kita akan mengatakan sambil menerawang " Saat hujan tahun lalu, aku begini dan begitu..." Hujan akan selalu membuat kita mengenang.

Setiap aktivitas membutuhkan keikhlasan dan pengorbanan. Hujan bagiku adalah cambuk, aku tak mau patah arang karena hujan, aku juga tak mau meng-cncel atau men-delay sesuatu karena hujan. Kecuali jika itu berhubungan dengan urusan orang banyak. Dan bagiku, hujan adalah tempaan semangat, tempaan keikhlasan bagi kita, menjalani setiap episode dari kehidupan kita. Selamat Ber Musim Hujan Kawan.


UGM, Jogjakarta, 31 Oktober 2011, 19:29